Kamis, 16 September 2010
"Mencuci pakaian? Gitu saja kok repot... Gunakan deterjen saya, busanya melimpah, wanginya harum dan tangan tetap lembut..."
Iklan seperti itu sering terdengar oleh kita bukan? Tapi taukah Anda bahwa kita tidak boleh menggunakan deterjen secara berlebihan?
Berdasarkan sumber Kompas.com tgl 16/9/2010 mengatakan bahwa :
Dalam hal mencuci pakaian, orang Amerika terbilang boros. Mereka senang menaburkan banyak sekali deterjen ke dalam mesin cuci. Anggapannya, makin banyak sabun, pakaian makin bersih. Hal ini jelas bertentangan dengan aturan pemakaian deterjen yang disarankan. Produk deterjen saat ini sebenarnya sudah dikonsentrat, sehingga kita tidak perlu menggunakannya terlalu banyak untuk mencuci. Di lain pihak, mesin cuci pun sudah didesain dengan efisiensi tinggi, yang tidak membutuhkan terlalu banyak air daripada model lama. Sayangnya, perilaku kita yang tidak berubah, dan memperlakukan deterjen dan mesin cuci dengan cara-cara kuno.
Padahal, terlalu banyak deterjen malah bisa membuat pakaian menjadi kumal; mesin pun cepat rusak. Deterjen bisa meninggalkan residu dan membuat kotoran malah menempel pada pakaian dan mesin cuci. Kombinasi antara banyak deterjen dan sedikit air bisa membuat bakteri berkembang biak, dan menimbulkan bau apek. Warna bisa cepat pudar, dan bulu-bulu bisa menempel di pakaian. Dalam uji coba yang dilakukan Good Housekeeping Research Institute, penggunaan busa yang berlebihan juga bisa menyebabkan mesin mati.
Efek Lain dari Deterjen
1. Bagi Kesehatan
Ternyata selain merusak pakaian dan mesin cuci kita, deterjen juga bisa merusak kesehatan kita. Ini diakibatkan oleh kandungan yang terkandung dalam deterjen. Berikut adalah dampak bahaya deterjen yang ingin saya share ke teman-teman.
Bahan pengawet di dalam deterjen, yaitu formaldehide, merupakan karsinogen yang tak diragukan lagi bahayanya bagi kesehatan. Bau formaldehide yang menyengat kemudian ditutupi oleh bahan pengharum sintetis. Bersama gas formaldehide, bahan pengharum sintetis ini, ternyata bisa mengiritasi sistem pernapasan manusia dan menyebabkan mual.
Bukan hanya pengharumnya yang berbahaya, namun ‘bibit’ pengharumnya, yang dikenal sebagai phthalates, menunjukkan efek samping pada kesehatan reproduksi manusia, terutama kaum pria. Menurut penelitian, phthalates menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas sperma. Selain itu, bahan kimia ini dilaporkan menyebabkan polusi udara dan air dan menyebabkan peningkatan risiko kanker hati, asma, dan bentuk alergi lainnya pada manusia.
Kita juga harus berhati-hati pada bahan pencerah dalam deterjen. Bahan tersebut merupakan ‘trik’ untuk mengelabui penglihatan manusia. Bahan ini sebenarnya tidak membuat pakaian menjadi putih, namun hanya melapisinya, sehingga sinar ultra violet bisa terefleksi dari pakaian kita dan pakaian kita tampak lebih cemerlang. Hal ini pastinya memiliki efek samping pada kesehatan kita, yaitu meningkatkan risiko kerusakan pada kulit karena ‘menangkap’ sinar ultra violet matahari, alergi kulit, bahkan hingga kanker kulit.
Bahan lainnya yang harus diwaspadai adalah bahan pemutih dalam deterjen karena bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, masalah sistem reproduksi, mengganggu kinerja saraf, hingga kanker.
Selain itu, deterjen yang keras dapat menimbulkan masalah pada kulit. Dari hasil survei YLKI, dapat diketahui keluhan yang biasanya dirasakan konsumen yaitu kulit terasa kering, melepuh dan retak-retak, kulit tangan gampang mengelupas, hingga timbulnya eksim kulit semacam bintik-bintik gatal berair di telapak tangan maupun kaki. Untuk mengatasi itu, sebaiknya konsumen menghindari kontak langsung kulit dengan deterjen. Kalaupun sudah terlanjur kontak, maka tangan/ kaki yang terkena harus cepat dibilas air bersih dan dikeringkan.
2. Bagi Lingkungan
Selain berpotensi merugikan kesehatan, bahan-bahan deterjen juga berpotensi merusak lingkungan. Banyak bahan berbahaya yang terkandung di dalam deterjen, seperti pewangi sintetis, phthalates, dan pewarna buatan, termasuk dalam kategori petrokimia, yaitu bahan kimia sintetis yang terbuat dari minyak bumi. Hal ini menunjukkan bahwa bahan-bahan deterjen sangat tidak ramah lingkungan karena berasal dari sumber energi yang tidak bisa diperbaharui.
Belum lagi jika kita berbicara mengenai limbahnya. Air limbah bekas cucian, sampo dan sabun disebut juga greywater, biasanya dibuang sembarangan ke selokan, yang kemudian akan bermuara di sungai dan laut. Penggunaan ABS (alkil benzena sulfonat) sebagai surfaktan dalam deterjen merupakan penyebab dari penumpukan limbah rumah tangga di sungai dan laut. Busa menumpuk yang dihasilkan ABS ini sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga membuat air sungai dan laut menjadi kekurangan oksigen sehingga membahayakan kelangsungan biota yang hidup di dalamnya. Bukan hanya mati, biota sungai dan laut juga bisa cacat akibat mutasi gen.
Bagaimana Solusinya??
Hm..hidup kita pasti ga lepas dari deterjen. Oleh karena itu, kita ga bisa menghentikan penggunaannya. Nah, berikut juga ada tips-tips untuk memilih deterjen.
- Perhatikan surfaktan apa yang digunakan di deterjen tersebut. Jangan pilih yang sulit terurai seperti ABS, pilihlah yang lebih ramah lingkungan, seperti LAS (Linear Alkylbenzene Sulfonat) atau LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonate).
- Cari deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat. Jika mengandung fosfat, sebisa mungkin pilih yang bisa rendah kadarnya dan bisa digunakan untuk menyiram tanaman, karena fosfat baik untuk tanah dan tanaman.
- Cari deterjen yang sedikit busanya dan pakailah sesuai takaran. Dengan sedikit busa, air yang digunakan untuk membilas juga tidak perlu banyak, tenaga yang dikeluarkan untuk mengucek juga berkurang, dan waktu untuk membilas juga lebih singkat.
- Deterjen tersebut ramah lingkungan. Cara pengujiannya:-campur produk deterjen dengan air, aduk merata, kemudian siramkan ke tanaman & tanah.
lihat hasilnya:- apakah cairan deterjen tersebut biodegradeable (mudah terurai secara alamiah, tidak meninggalkan bekas)- jika ke tanaman, apakah tanaman tersebut masih hidup di hari-hari berikutnya?
- Pilihlah deterjen cair. Bahan deterjen cair ini kurang menimbulkan iritasi karena rantai surfaktan-nya lebih pendek dari deterjen bubuk, tetapi daya pembersih deterjen cair ini lebih rendah dari deterjen bubuk.
Nah..teman-teman uda tau kan tips-tipsnya. Jagalah kelangsungan hidup kita dan lingkungan di sekitar kita dengan meminimalisir pemakaian deterjen dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.
Buat pemerintah dan produsen diharapkan dapat berkontribusi aktif dalam mengatasi masalah pencemaran limbah deterjen. Tapi tampaknya, peraturan pemerintah mengenai hal ini belum memadai. Termasuk Standar Nasional Indonesia yang mensyaratkan 80 persen surfaktan harus dapat terurai, sementara dari daftar pilihan bahan surfaktan tidak terlihat jenis surfaktan yang dimaksud termasuk jenis ramah lingkungan. Sedangkan dari sisi produsen, tampaknya trend ke depan akan sulit menghindari keinginan konsumen yang semakin sadar bahwa pola konsumsi dapat berdampak bagi lingkungan sehingga produsen akan semakin banyak memproduksi deterjen yang ramah lingkungan.
NB : Tolong beritaukan ke emak-emak kita.
Sekian dan semoga berguna
Ver'z ^^
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
SEO